TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan perekonomian Indonesia menguat menjelang pemilihan presiden 2019. Kondisi ini, menurut dia, didorong oleh keadaan politik yang kian terbuka dan fondasi demokrasi negara yang makin kokoh usai masa reformasi.
Baca: Gaji PNS Bakal Dirapel, Sri Mulyani Cairkan Anggaran Rp 2,6 T
"Sejak 1998, politik Indonesia sangat open democratic, transparan, dan desentralis," ujar Sri Mulyani di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Rabu, 19 Maret 2019. Dalam acara bersama beberapa stakeholder saat menjadi pembicara dalam acara Fitch Ratings bertajuk "Fitch an Indonesia - The Election, Macro Economy and Credit Market" tersebut, Sri Mulyani mengatakan kondisi ekonomi negara telah membaik dalam beberapa kontestasi.
Kondisi ekonomi Indonesia yang cenderung stabil saat pemilu tercermin dari kontestasi-kontestasi pemilihan presiden yang lalu. Misalnya pada 2009 dan 2014. Saat itu, ia tak menampik ada dinamika, namun wajar.
Adapun pada Pemilihan Presiden 2019 yang akan digelar 17 April nanti, Menteri Keuangan yang pernah menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia itu memprediksi kondisi yang akan terjadi di Indonesia tak jauh berbeda dengan pemilu sebelumnya.
Sri Mulyani lantas meminta sejumlah pihak tak khawatir dengan keadaan perekonomian menjelang pemilu. Sebab, ia menyatakan pemilu adalah proses alami yang akan dilalui sebuah negara penganut demokrasi.
Lebih lanjut, Sri Mulyani memandang pemilu adalah sistem demokrasi yang membuat kehidupan berpolitik lebih baik. "Saya ingin meyakinkan Anda, dalam pemilihan ini, Anda tidak perlu khawatir dengan bagaimana kami mengelola pemilihan," ujarnya.
Sri Mulyani mengimbuhkan, dalam masa kampanye, dua calon presiden dan wakil presiden telah menyampaikan janji dan program yang baik untuk pembangunan ekonomi. Kendati begitu, ia tak memungkiri ada tensi yang meningkat antar-para pendukung.
Sebelumnya Dana Moneter Internasional atau IMF mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi globalnya menjadi makin melambat di tiap periode waktu merilis laporan World Economic Outlook. IMF selama semester pertama 2018 memproyeksikan pertumbuhan dunia di tahun 2018 mencapai 3,9 persen, angka itu kemudian direvisi menjadi 3,7 persen pada Oktober 2018 dan Januari 2019.
Untuk proyeksi tahun 2019, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global 3,5 persen atau seiring dengan perlambatan yang terjadi dalam pertumbuhan perdagangan global. Khusus untuk pertumbuhan ekonomi di tahun ini pemerintah telah mematok target di APBN 2019 sebesar 5,3 persen. Sementara Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi berkisar 5-5,4 persen.
Baca: Sri Mulyani Sebut 7,3 Juta Wajib Pajak Sudah Lapor SPT
Untuk mencapai target itu, pemerintah berupaya mengantisipasi risiko dan mempertahankan stabilitas ekonomi nasional. Salah satunya dengan mempererat koordinasi antara pemerintah dan Bank Indonesia untuk mendorong ekspor dan menekan impor guna mengendalikan defisit transaksi berjalan. Perbaikan struktural di sektor riil juga akan dilakukan untuk memperkuat daya saing industri dan perbaikan iklim investasi nasional.
Simak berita terkait Sri Mulyani lainnya di Tempo.co.